Mengungkap Maksud Tersembunyi Mangkuk Dengan Logo Ayam Jago




Mengungkap Maksud Tersembunyi Mangkuk Dengan Logo Ayam Jago
Apa fakta ayam berkokok pada pukul 12.00?
Saya pribadi sangat merinding saat mendengar kokok ayam dari malam sampai jam 12 siang, karena menurt orang tua atau lansia itu mengindikasikan ada yang jahat di sekitar kita.
Awalnya saya pikir ini hanya mitos dari keturunan turun temurun.
Apa yang saya anggap mitos ini saya dengar lagi informasi yang sama dari kiai lokal saat dia mendengar ayam berkokok sebelum pagi hari sekitar atau pada pukul 2 malam itu bukan tanda malaikat spiritual turun tapi malah ada tetangga yang jahat. Salah itu sederhana adalah hubungan di luar perkawinan atau perzinahan.
Akhir-akhir ini aku merasa penjadwalan ayam berkokok abis kok sembilan baru sudah berkokok.
Biasanya ayam hanya berkokok jam 3 pagi. Saya penasaran sama sekali bukan kata elder atau kiai yang dikutip dari uraian karya ulama.
Arti ayam tengah malam berkokok
Singkat cerita saya menanyakan latar belakang desa tempat saya duduk, ada juga kecanggungan, yaitu suami dan istri pertukaran dia bilang neraka. Wallohua’lam sebenarnya bukan info penting nya ya. Ya si suami bertukar istiri itu juga yang kotor ya aja hanya ayam gagak untuk mengutuk para pemesum.
Jangan salah dunia akan mengutuk setiap yang jahat. Dari survei kecil itu, saya mulai mempercayai kata-kata kiai dan elder tentang ayam yang berkokok antara jam senja sampai pukul 00:00. Tapi itu baru saya dimana tau daerah sobat kebetulan saja. Hanya saja curhat saja.
Mitos-mitos ROOSTER FIGHT AND ROOSTER TANDA LOSE ATAU WIN
FAKTA:
Jika pola tarung ayam kita tidak berubah (jika di atas akan ttp diatas tidak akan sembunyi)
Pukulan itu kendor dan mampu memukul lawan KO / jiling terus-menerus (sich dah ini pasti) .. heheheheheh.
Saat akan memasuki air kedua dan msh ayam kita bernafsu bahkan saat di tangkapan kita terbatuk dan tertabrak
Selesai di air dan masukkan ayam geber yang kita kambuh dulu
Saat musuh terberat KEOOOKKKK (dah pasti menang) wkwkwkwkwkwk.
Karakteristik akan dikalahkan:
MITOS:
Sehari sebelum pertarungan hanya berkokok sedikit
Tidak mau tidur di tangkringan
Kepala ayam sambil tidur disembunyikan. disimpan di sayap
Di pagi hari ayam jarang berkokok dan hanya tenag di kandang (tidak ada suara)
Bila akan dimasukkan ke dalam kepala ayam Kisa tunduk ke bawah
Sementara di arena keluar dari ayam pedas berkokok dan kepalanya melihat kanan dan kiri
Saat di kandang (di arena waktu tunggu pertarungan) ayam duduk di tanah dan bahkan ada shower pasir.
FAKTA:
Saat di bath kepala ayam terlihat melihat kanan dan meninggalkan leher menjadi panjang
Saat di ayam mandi mencoba memberontak bahkan ingin bersembunyi di bawah kaki kita
Jangan gagak saat dimasukkan ke geber
Teriakan seperti melihat elang saat dimasukkan ke geber
Ini paling penting
Saat menabrak rambut leher ayam berdiri sekitar 3-4 helai
Ekornya tampak mekar
Pola bermain bertiup (yang telah di kontrol atau ngalung, berubah jd menjadi sayap dan bongkar)
Pukulan puffy
S berbentuk leher
Terkadang kepala suka belok sendiri seolah bingung mencari lawan
Mulut mengenge / buka susah bernafas
Terkadang suka kabur lagi menghadapi lawan
Kalau dipukul keluar geber lgsg ayam berkokok di luar geber
Jika kepala terlihat berat diangkat
Nah kl udh ada karakteristik yang akan dikalahkan diatas, maka jg ragu untuk membalikkan taruhan … agar tidak kehilangan banyak minimal.
Kembali modal aj .. dan ayam lgsg kita lorot atau angkat sebelum keoooooookkkkkkk ..
Uraian di atas seharusnya tidak menjadi referensi / benchmark, karena hanya mitos yang belum tentu benar, yang terpenting adalah melatih ayam Anda ke ayam yang jarang hilang dan memiliki mental yang kuat, tangguh dan tentu saja jawara ayam.
Keterbatasan gerak si ekor panjang
Satu yen guna keunikan tersendiri melanda hampir seluruh peternak unggas ini.mereka berkonsentrasi untuk menciptakan perubahan warna ataupun supaya ekornya lebih panjang lagi,atau daya upaya menciptakan unggas yang dapat memenuhi kriteria spesifik penjurian dalam standard pertandingan. Ditemani oleh juru foto Eiji Miyazawa dan penterjemah Syuichi Itoh,saya melakukan perjalanan dari daerah barat daya kota Tokyo menuju kota Kochi di pulau Shikoku.Untuk bertemu dengan seseorang yang sudah berhasil mencapai suatu perubahan warna yang menakjubkan,sebuah keahlian yang disebut pembiakan eksperimental.Hampir semua Onagadori di Jepang adalah anakan dari unggasnya Masashi Kubota.Pak Kubota telah setuju untuk menginijinkan kami melihat dan mengabadikan koleksi unggasnya yang luar biasa,diternakkan selama bertahun-tahun dengan metode pembiakan selektif.Beliau membiakkan ketiga varietas utama dari si ekor panjang ini si hitam putih Shirafuji dan jenis lain yang muncul dari jenis ini,si merah hitam Akasa Onaga dan si putih salju Shiro-onaga.Pak Kubota menyimpan hampir seluruh piaraannya di gedung Onagadori Center yang baru,disebelah jalan raya dibagian kota Kochi daerah yang disebut Nankoku.Para pelancong mampir untuk minum teh dan membeli roti sandwich buatan slah satu anak perempuan Pak Kubota yang menawan.Dengan tambahan biaya 30 sen,para pelancong bisa memasuki ruangan showroom gedung itu untuk melihat koleksi si ekor panjang yang ada.Kami berjumpa dengan Pak Kubota di gedung Onagadori Center,dan dia menuntun kami melewati ruang minum teh menuju ke showroom dibelakangnya, yang di desain khusus untuk pembiakan dan untuk memamerkan koleksi unggas-unggasnya yang bernilai tersebut.”Tak ada suatu rahasia mengenai pembiakan ayam berekor panjang ini”, dia mengatakan kepada kami. “Siapapun orangnya dia harus meilii koleksi unggas yang baik dan mencari ayam yang tenang dan tidak terlalu gaduh, dan orang itu harus memastikan unggasnya tetap berada dalam kondisi yang sehat dan terus melatih unggasnya untuk tahan terhadap kondisi terkurung”.Beberapa ayam tampak di depan kami menatap dari balik kotak tinggi yang khusus di buat seukuran ayam.Sebuah pintu kaca memungkinkan kami untuk dapat melihat isi kotak sempit itu , ekor ayam itu bergulung dalam bundaran-bundaran yang dikaitkan pada cantolan didinding kotak. Terkecuali kalau perlu dilatih atau dipamerkan, ayam-ayam disimpampan terus dikotak secara konstan untuk melindungi bagian ekornya yang panjang sekali itu.Jika unggas itu menjadi sakit atau jatuh dari tempat bertenggernya, ekor panjangnya yang bagus itu bisa patah/putus.Tampak dibaris sebrangnya ayam pejantan dengan ekor penjepit menikmati kebebasan gerak yang lebih. Ayam yang dipilih untuk pembiakan biasanya mereka yang tidak tahan berada dilingkungan yang dikurung seperti didalam kotak.
Ayam bangsawan membutuhkan punggawanya.
Kami menemani Pak Kubota selagi dia mengambil seekor ayam jenis Shiro-Onaga putih untuk diajak jalan-jalan dihalaman belakang rumahnya.Beliau membopong ekor ayam itu yang panjangnya 25 kaki seperti punggawa yang mengikuti kemana rajanya berjalan, guna melindungi bulu-bulu ekor tersebut agar tidak tersangkut diantara batu-batu tajam.Di gedung Onagadori Center Pak Kubota memperlihatkan kepada kami penyimpanan telur-telur Onagadorinya, yang anehnya untuk setiap pejantan si betina akan memproduksi 2 betina.Telur-telur ini lebih kecil dibanding telur ayam biasa, yang mana sangatlah sulit untuk ditetaskan.Saya merasa sangat tersanjung ketika si pemilik memberi 30 telurnya untuk dibawah ke Amerika Serikat.Hikayat Onagadori di Jepang dimulai 200 tahun lalu, saat ayam khusus ini dikembang biakkan dari ayam lokal.Arak-arakan kebesaran feodal pada abad ke17 tampaknya memacu perkembangan setiap tahun tuan-tuan tanah harus melayani sebagai pembantu pribadi untuk shogun, hidup dengan istri mereka dan anak-anaknya di istana.Para punggawa pembawa tombak membawa senjata yang didekorasi dengan indah memimpin iring-iringan rombongan ke Edo (sekarang Tokyo).Bangsawan Yamanouchi, tuan tanah kedua dari daerah Kochi, mencari patokan penanda yang lain dari yang lain,menginginkan bulu si ekor panjang. Dia memerintahkan penghargaan bagi ayam berekor panjang, dan menyuruh anak buahnya membuat hiasan dari bulu si ekor panjang bagi ujung pisau tombak seremonialnya.Yang dianggap sebagai pengembang sebenarnya dari si ekor panjang adalah Riemon Takechi,yang hidup sekitar 1655 dalam pemerintahan bangsawan Yamanouchi.Sebuah monumen patung terbuat dari batu dari Takechi berdiri dekat rel kereta api listrik antara Kochi dan Nankoku.Dua ekor ayam berekor panjang dipahat disisinya menghadap ke arah kereta yang lewat.
Takechi menyibukkan diri dengan membiakkan ayam sehingga mempunyai ekor yang panjang.
Bulu ekor ayam ekor panjang di abad ke 17 kemungkinan adalah varitas Shokoku tidak lebih panjang 3 kaki.Jenis Shokoku adalah salah satu varitas yang masih bertahan keberadaannya yang lainnya varitas Minohiki,Totenko,Kuro Gashiwa,dan Ohiki – semua memiliki gen untuk memanjangkan ekornya.Tetapi unggas-unggas ini berganti bulu setiap tahunnya, dan demikianlah tidak sanggup menyamai Onagadori asli ,yang bisa mempertahankan ekor yang sama sepanjang hidupnya.
Bertahan hidup walaupun terancam oleh perang
Berakhirnya feodalisme di abad ke 19 menghapus permintaan bagi bulu Ayam Onagadori.Walaupun begitu tradisi memelihara ayam ini entah bagaimana caranya menemukan secara kebetulan yaitu suatu kombinasi genetik yang mengarah kepada trah ayam berekor panjang yang asli.Tahun 1908 para peternak unggas ini membentuk Asosiasi Pelestarian Unggas Berekor Panjang.
Baru kemudian tahun 1923 pemerintah Jepang melindungi unggas ini dengan menjadikannya sebagai obyek Pelestarian Alam.Masa-masa kekacauan akibat Perang Dunia II hampir saja memusnahkan unggas ini , tetapi kemudian asosiasi pelestarian dibangkitkan kembali,dan sebuah peraturan pemerintahan tahun 1952 mengaangkat Onagadori sebagai sebuah Obyek Spesial Pelestarian Alam.
Hari ini populasi unggas berekor panjang di Jepang tampak disan sini, walau diseantero negri tidak lebih dari dua lusin para penggemar dan peternak unggas ini.Pengembangbiakan unggas ini terkonsentrasi di kawasan Kochi dan sekitar daerah Ise untuk bertemu dengan Motokaka Kawanami(hal.berikut), yang memelihara Onagadori dengan tujuan utama mencapai panjang ekor secara maksimum (hal.845 dan 854).Beliau dengan bangga memperlihatkan jenis merah dan hitam Akazasa yang megah.
“Saya memiliki stok yang sangat sedikit,”pak Kawanami menjelaskan.Tahun lalu dengan jumlah stok ini saya hanya mendapatkan 15 telur dan hanya bisa mendapat dua betina untuk diternakkan.”
Akhirnya , di kota Nagoya, kami mengunjungi rumah apartemen Bu Isamu Kawamura, yang memelihara unggas berekor panjang ini dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mereka di depan para juri pertandingan-seperti warna helai bulu,tipe gelombang ekornya dan ukuran tubuh ayam tersebut.
Pak Kawamura sedang di kantor saat kunjungan kami tersebut,tetapi bu Kawamura sempat menunjukan ketiga kotak tempat ayam , yang dengan jenius diletakkan di bagian belakang flat mereka yang sempit.Pada waktu itu dua ayam jenis putih dan hitam Shirafuji tampak ada disana(gambar bawah).
Selagi kami mencicipi teh hijau di ruang tamu ,lima ayam yang telah diawetkan memandang ke arah kami.Piala-piala yang dimenangkan oleh unggas-unggas ini dipamerkan dalam sebuah almari yang sudah hampir penuh , dan sebuah sanjak yang memenangkan perlombaan sajak tingkat nasional tergantung di dinding.
“Apa para tetangga ada yang keberatan mengenai anda memelihara unggas di rumah susun ini?” saya menanyakan kepada Bu Kawamura.
“Tidak, mereka sangat pengertian.Mereka tahu bahwa saya dan suami saya sangat menyukai ayam-ayam ini. Tapi kami kuatir suara kokok mereka saat fajar akan menggangu tetangga disekitar kami.”
Setelah 5 minggu di Jepang, saya terbang kembali ke Amerika dengan 30 telur Onagadoriku yang dibungkus dalam stereofoam.
Sekarang, di laboratorium Universitas Kalifornia di kota Davis 15 ayam telah menetas dari telur-telur itu anak ayam yang berpotensi bagi suatu riset penelitian.
Hippokrates di abad ke lima sebelum masehi mengemukakan ilmu pengetahuan mengenai embiriologi dengan beberapa deduksi yang dibuatnya berdasar penelitian dari embiro ayam.Percobaan transplantasi ayam oleh Berthold tahun 1849 adalah awal sebuah bidang ilmu yang rumit disebut endokrinologi, dan eksperimen Peyton Rous dengan ayam tahun 1911 yang pertama mendemonstrasikan peranan sebuah virus dalam penyakit tumor.
Si ekor panjang bisa juga memberikan suatu konstribusi bagi ilmu pengetahuan.
Para peneliti masih perlu banyak mempelajarinya
Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab.
Bagaimana sel spesial di folikel bulu Onagadori merespon hormon-hormon yang bersirkulasi di darah ayam?
Apakah yang akaan terjadi dengan sel-sel spesial ini jika mereka transplantasikan di jaringan ekor embrio dari ayam betina atau ayam jantan lokal?
Proses perubahan bentuk bulu ayam-gugurnya secara periodik dari bulu ekor-masih menyodorkan teka-teki utama mengenai fisiologi ayam.
Saya percaya kita harus melakukan usaha keras untuk menyelamatkan semua varitas ayam berekor panjang sehingga gen ayam tersebut dapat dilestarikan bagi keturunan dimasa mendatang.
Sementara ini, penghargaan utama bagi pelestarian dan pengembangan ayam berekor panjang jatuh pada para penggemar ayam ini di Jepang.
Melewati usaha mereka dengan tekun merawat Ayam Onagadori, jenis ini akan terus berjaya-bahkan mempesona-para wisatawan yang bersusah payah meluangkan wakunya untuk melihat ayam yang berdiri megah ini dengan ekornya yang sangatlah panjang.
Source : Frank X Ogasawara Ph.D Photographer Eiji Miyazawa, Black Star
Ayam Pelung merupakan ayam peliharaan asal Cianjur, sejenis ayam asli Indonesia dengan tiga sifat genetik. Pertama suara berkokok yang panjang mengalun. Kedua pertumbuhannya cepat. Ketiga postur badan yang besar. Bobot ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai 5 – 6 kg dengan tinggi antara 40 sampai 50 cm.
Menurut cerita tahun 1850 di Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur ada Kiayi dan Petani bernama H. Djarkasih atau Mama Acih menemukan anak ayam jantan di kebunnya.
Anak ayam yang trundul di bawa pulang dan dipelihara. Pertumbuhan anak ayam tersebut sangat pesat menjadi seekor Ayam Jago bertubuh besar dan tinggi serta suara kokoknya panjang mengalun dan berirama. Ayam jantan itu dinamakan Ayam Pelung dan oleh Mama Acih dikembangkan, dikawinkan dengan ayam betina biasa.
Sekarang Ayam Pelung ini semakin terkenal dan cukup diminati oleh masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Seorang Putra Kaisar Jepang pernah berkunjung ke Warungkondang untuk melihat peternakan Ayam Pelung tersebut. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes Ayam Pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam Pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga jutaan rupiah.
Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara / kokokannya dengan posisi melengkung.
Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal indonesia yang mempunyai karakteristik khas, yang secara umum ciri ciri ayam pelung dapat digambarkan sebagai berikut :
Budidaya Ayam Pelung
Budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan ayam pelung yang unggul dan baik terus dilakukan secara teliti dan tepat, yang mencakup antara lain : Pemilihan Induk, Pemilihan Pejantan, Teknik pemeliharaan dan kesehatan (sanitasi kandang & vaksinasi berkala). Dengan perkembangan teknologi belakangan ini, kita semua sependapat bahwa ayam pelung harus dikembangkan dan dibudidayakan secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan manusia, tetapi dari sisi melestarikan dan mengembangkan ayam pelung dengan tidak harus merusak atau memusnahkan ras pelung yang sudah ada dan terbukti memiliki berbagai keunggulan.
Kontes Dan Bursa Ayam Pelung
Seperti halnya burung perkutut atau burung kicauan lainnya, ayam jago pelung juga dikonteskan yang menitik beratkan kepada alunan suaranya, dan sekarang ini hampir semua aspek sudah mendapat penilaian dalam suatu kontes : kontes suara khusus untuk jago ayam pelung, kontes penampilan, bobot badan dan juga untuk Pelung betina yang meliputi lomba lokal, nasional maupun internasional yang telah diagendakan secara terorganisir pada setiap tahunnya.
Pada kontes Ayam Pelung tersebut selain diadakan lomba tarik suara dan lainnya juga merupakan arena bursa penjualan dari anak ayam sampai ayam dewasa, dari usia 0 s/d 1 bulan (jodoan), usia 3 bulan (sangkal), usia 6 s/d 7 bulan (jajangkar), sampai kepada ayam pelung yang sudah jadi (siap kontes). Dengan demikian lomba/kontes ayam pelung sekaligus merupakan bursa penjualan, promosi dan sosialisasi khusus ayam pelung. Melalui bursa semacam ini para pembeli, penjual dan penggemar merasa puas karena pada umumnya mendapatkan bibit-bibit maupun induk yang berkualitas dan tambahan pengetahuan tentang segala hal mengenai ayam pelung yang cukup memuaskan dari sesama peternak dan penggemar.
Sabung Ayam di Bali 1915 (Koleksi http://www.kitlv.nl)
Adu Ayam Jago atau biasa disebut sabung ayam merupakan permainan yang telah dilakukan masyarakat di kepulauan Nusantara sejak dahulu kala. Permainan ini merupakan perkelahian ayam jago yang memiliki taji dan terkadang taji ayam jago ditambahkan serta terbuat dari logam yang runcing. Permainan Sabung Ayam di Nusantara ternyata tidak hanya sebuah permainan hiburan semata bagi masyarakat, tetapi merupakan sebuah cerita kehidupan baik sosial, budaya maupun politik.
Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa berasal dari folklore (cerita rakyat) Cindelaras yang memiliki ayam sakti dan diundang oleh raja Jenggala, Raden Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelarasdiadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. Akhirnya raja mengakui kehebatan ayam Cindelaras dan mengetahui bahwa Cindelaras tak lain adalah putranya sendiri yang lahir dari permaisurinya yang terbuang akibat iri dengki sang selir.
Sabung ayam juga menjadi sebuah peristiwa politik pada masa lampau. Kisah kematian Prabu Anusapati dari Singosari yang terbunuh saat menyaksikan sabung ayam. Kematian Prabu Anusapati terjadi pada hari Budha Manis atau Rabu Legi ketika di kerajaan Singosari sedang berlangsung keramaian di Istana Kerajaan salah satunya adalah pertunjukan sabung ayam. Peraturan yang berlaku adalah siapapun yang akan masuk kedalam arena sabung ayam dilarang membawa senjata atau keris. Sebelum Anusapati berangkat ke arena sabung ayam, Ken Dedes ibu Anusapati menasehati anaknya agar jangan melepas keris pusaka yang dipakainya jika ingin menyaksikan sabung ayam yang diselenggarakan di Istana, tetapi sesaat sabung ayam belum dilakukan Anusapati terpaksa melepaskan kerisnya atas desakan Pranajaya dan Tohjaya. Pada saat itu diarena terjadi kekacauan dan akhirnya peristiwa yang dikuatirkan Ken Dedes terjadi dimana kekacauan tersebut merengut nyawa Anusapati yang tergeletak mati diarena sabung ayam dibunuh adiknya Tohjaya tertusuk keris pusakanya sendiri. Kemudian jenasah Anusapati dimakamkan di Candi Penataran dan kejadian itu tetap dikenang orang, Anusapati adalah kakak dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes dan bapak Tunggul Ametung sedangkan Tohjaya adalah anak dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memang diriwayatkan memiliki kesukaan menyabung ayam. Memang dalam cerita rakyat terutama Ciung Wanara mengisahkan bahwa keberuntungan dan perubahan nasib seseorang ditentukan oleh kalah menangnya ayam di arena sabung ayam, begitu juga Anusapati bukan kalah dalam adu ayam tetapi dalam permainan ini ia terbunuh.
Sedangkan di Bali permainan sabung ayam disebut Tajen. Tajen berasal-usul dari tabuh rah, salah satu yadnya (upacara) dalam masyarakat Hindu di Bali. Tujuannya mulia, yakni mengharmoniskan hubungan manusia dengan bhuana agung. Yadnya ini runtutan dari upacara yang sarananya menggunakan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, dan berbagai jenis hewan peliharaan lain. Persembahan tersebut dilakukan dengan cara nyambleh (leher kurban dipotong setelah dimanterai). Sebelumnya pun dilakukan ngider dan perang sata dengan perlengkapan kemiri, telur, dan kelapa. Perang sata adalah pertarungan ayam dalam rangkaian kurban suci yang dilaksanakan tiga partai (telung perahatan), yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan dunia. Perang sata merupakan simbol perjuangan hidup.
Tradisi ini sudah lama ada, bahkan semenjak zaman Majapahit. Saat itu memakai istilah menetak gulu ayam. Akhirnya tabuh rah merembet ke Bali yang bermula dari pelarian orang-orang Majapahit, sekitar tahun 1200.
Serupa dengan berbagai aktivitas lain yang dilakukan masyarakat Bali dalam menjalani ritual, khususnya yang berhubungan dengan penguasa jagad, tabuh rah memiliki pedoman yang bersandar pada dasar sastra. Tabuh rah yang kerap diselenggarakan dalam rangkaian upacara Butha Yad-nya pun banyak disebut dalam berbagai lontar. Misalnya, dalam lontar Siwa Tattwapurana yang antara lain menyebutkan, dalam tilem kesanga (saat bulan sama sekali tidak tampak pada bulan kesembilan penanggalan Bali). Bathara Siwa mengadakan yoga, saat itu kewajiban manusia di bumi memberi persembahan, kemudian diadakan pertarungan ayam dan dilaksanakan Nyepi sehari. Yang diberi kurban adalah Sang Dasa Kala Bumi, karena jika tidak, celakalah manusia di bumi ini.
Sedangkan dalam lontar Yadnya Prakerti dijelaskan, pada waktu hari raya diadakan pertarungan suci misalnya pada bulan kesanga patutlah mengadakan pertarungan ayam tiga sehet dengan kelengkapan upakara. Bukti tabuh rah merupakan rangkaian dalam upacara Bhuta Yadnya di Bali sejak zaman purba juga didasarkan dari Prasasti Batur Abang I tahun 933 Saka dan Prasati Batuan tahun 944 Saka.
Dalam kebudayaan Bugis sendiri sabung ayam merupakan kebudayaan telah melekat lama. Menurut M Farid W Makkulau, Manu’(Bugis) atau Jangang (Makassar) yang berarti ayam, merupakan kata yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Gilbert Hamonic menyebutkan bahwa kultur bugis kental dengan mitologi ayam. Hingga Raja Gowa XVI, I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin, digelari “Haaantjes van het Oosten” yang berarti “Ayam Jantan dari Timur.
Dalam kitab La Galigo diceritakan bahwa tokoh utama dalam epik mitik itu, Sawerigading, kesukaannya menyabung ayam. Dahulu, orang tidak disebut pemberani (to-barani) jika tidak memiliki kebiasaan minum arak (angnginung ballo), judi (abbotoro’), dan massaung manu’ (adu ayam), dan untuk menyatakan keberanian orang itu, biasanya dibandingkan atau diasosiasikan dengan ayam jantan paling berani di kampungnya (di negerinya), seperti “Buleng – bulengna Mangasa, Korona Mannongkoki, Barumbunna Pa’la’lakkang, Buluarana Teko, Campagana Ilagaruda (Galesong), Bakka Lolona Sawitto, dan lain sebagainya. Dan hal sangat penting yang belum banyak diungkap dalam buku sejarah adalah fakta bahwa awal konflik dan perang antara dua negara adikuasa, penguasa semenanjung barat dan timur jazirah Sulawesi Selatan, Kerajaan Gowa dan Bone diawali dengan “Massaung Manu”. (Manu Bakkana Bone Vs Jangang Ejana Gowa).
Pada tahun 1562, Raja Gowa X, I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng (1548 – 1565) mengadakan kunjungan resmi ke Kerajaan Bone dan disambut sebagai tamu negara. Kedatangan tamu negara tersebut dimeriahkan dengan acara ’massaung manu’. Oleh Raja Gowa, Daeng Bonto mengajak Raja Bone La Tenrirawe Bongkange’ bertaruh dalam sabung ayam tersebut. Taruhan Raja Gowa 100 katie emas, sedang Raja Bone sendiri mempertaruhkan segenap orang Panyula (satu kampong). Sabung ayam antara dua raja penguasa semenanjung timur dan barat ini bukanlah sabung ayam biasa, melainkan pertandingan kesaktian dan kharisma. Alhasil, Ayam sabungan Gowa yang berwarna merah (Jangang Ejana Gowa) mati terbunuh oleh ayam sabungan Bone (Manu Bakkana Bone).
Kematian ayam sabungan Raja Gowa merupakan fenomena kekalahan kesaktian dan kharisma Raja Gowa oleh Raja Bone, sehingga Raja Gowa Daeng Bonto merasa terpukul dan malu. Tragedi ini dipandang sebagai peristiwa siri’ oleh Kerajaan Gowa. Di lain pihak, kemenangan Manu Bakkana Bone menempatkan Kerajaan Bone dalam posisi psikologis yang kuat terhadap kerajaan – kerajaan kecil yang terletak di sekitarnya. Dampak positifnya, tidak lama sesudah peristiwa sabung ayam tersebut serta merta kerajaan – kerajaan kecil di sekitar Kerajaan Bone menyatakan diri bergabung dengan atau tanpa tekanan militer, seperti Ajang Ale, Awo, Teko, serta negeri Tellu Limpoe.
Rupanya sabung ayam pada dahulu kala di Nusantara bukan hanya sebuah permainan rakyat semata tetapi telah menjadi budaya politik yang mempengaruhi perkembangan sebuah dinasti kerajaan.
————————————-00000000000000000000———————————————————-
Ayam peliharaan
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat “ayam” saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutanyang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly’s Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Sudut pandang tradisional peternakan ayam dalam domestikasi spesies ini termaktub dalam Encyclopædia Britannica (2007): “Manusia pertama mendomestifikasi ayam asal India untuk keperluan adu ayam di Asia, Afrika, dan Eropa. Tidak ada perhatian khusus diberikan ke produksi telur atau daging … ”
Sumber:
Seringkali kita menemui ayam ataupun produk hasil ayam itu sendiri, tanpa mengetahui sejarah ayam. Ayam sudah cukup populer di negeri ini, dari desa sampai kota semuanya sudah mengenal ayam. Daging ayam yang memiliki tekstur lembut, dan harga yang relatif terjangkau menjadi alasan berkembangnya ayam di negeri ini.
Ayam yang kita pelihara atau yang disebut Gallus gallus domesticus merupakan unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan ini merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bankiva (bankiva fowl).
Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan berbagai macam fungsi, yang paling umum adalah ayam potong dan ayam petelur
Lebih dari 4000 tahun yang lalu, orang – orang yang tinggal di tempat yang sekarang bernama India mendomestikasi ayam hutan lokal yang merupakan asal muasal ayam modern kita. Dari lembah Indus, praktek memelihara Gallus gallus disekitar rumah menyebar ke berbagai daerah. Sekitar 500 tahun SM ayam yang didomestikasi tersebut telah mencapai Korea di timur dan Mediterania di barat. Pada tahun 1000 M, ayam – ayam di besarkan di peternakan di Islandia, Madagaskar, Bali, dan Jepang. 500 tahun kemudian, ketika ayam pertama mencapai Amerika mendarat dari kapal Columbus, ayam hutan yang sederhana menaklukkan dunia.
Semua ayam modern merupakan keturunan dari Gallus gallus dari India, tetapi pada tahapan awal beberapa keturunan dan verietas telah berkembang (semua ayam yang berasal dari keturunan yang sama memiliki bentuk yang sama; varietas dalam keturunan berbeda dalam hal warna bulu ayam).
Orang orang Cina kuno sudah kenal dengan beberapa jenis ayam, dan begitu juga dnegan orang Yunani. Selama ribuan tahun ayam-ayam diternakkan bukan karena kualitas mereka sebagai ayam pedaging (broiler) atau ayam petelur, tetapi untuk semangat berjuang mereka atau nilai mereka sebagai benda yang unik, seperti kemampuan bertarung, keberadaan jengger di kepala, ataupun bulu yang menarik.
Di Asia, peternakan menjamur selama beberapa abad, dan beberapa breed superior telah dikembangkan. Sementara di peternakan ayam Eropa, meskipun tersebar luas, tetap menjadi pekerjaan sampingan. Usaha peternakan unggas, jika ada, lebih diarahkan menuju angsa daripada ayam.
Setelah perang agama yang merusak dan revolusi petani pada abad ke -16, ayam berhenti menjadi pemandangan yang umum di kota-kota Eropa atau halaman peternakan. Kebanyakan orang menghabiskan seluruh hidup mereka tanpa pernah merasakan ayam. Hal ini berubah secara dramatis pada abad ke -18 dan ke -19, ketika pengenalan ternak berkualitas dari Asia secara hebat menstimulasi kepentingan ekonomis dari ayam.
Ayam broiler breeder sekarang ini dikembangkan dari dua sumber keturunan utama. Untuk garis paternal digunakan keturunan White Cornish. Keturunan ini dikembangkan di Inggris abad ke -19 dari ayam aduan Asia. Keturunan White Plymouth Rock, dikembangkan terutama di USA selama paruh pertama abad ke -20, digunakan sebagai sumber garis maternal broiler. Keturunan Cornish pada keadaan aslinya, lebih terspesialisasi pada pertumbuhan otot (dada), sementara ayam betina White Plymouth Rock adalah ayam petelur terbaik dari kedua jenis.
Referensi:
id.wikipedia.org/wiki/Ayam
CP Broiler breeder Guide principles